Analogi Cerdas dari Artis Cantik Ini untuk Penyinyir Fatwa MUI tentang Topi Santa

 

Majelis Ulama Indonesia (MUI) secara tegas mengharamkan umat Muslim untuk mengenakan atribut non-Muslim. Atribut yang dimaksud adalah topi santa dan pakaian yang ada nuansa Natalnya.

Fatwa No.56 Tahun 2016 tersebut mengambil landasan dari beberapa ayat di dalam Al-Quran, yakni Surat Al-Baqarah ayat 42 dan 104, Surat Al-Kaafirun, Al-An’am ayat 153, Al-Mumtahanah ayat 8, dan Al-Mujadilah ayat 22, juga tambahan beberapa hadits shahih.

Tak sedikit yang menolak fatwa tersebut khususnya para liberalis dan sekuleris. Dan umat Islam pada umumnya menaati fatwa tersebut. Salah satunya yang mendukung fatwa itu adalah artis cantik Ratna Galih.

"Mengenai fatwa MUI, banyak yang bilang ya udah lah kalau nggak suka ya jangan pakai, toh banyak juga orang Islam yang nggak lebay banget kalau disuruh pakai atribut non muslim," kata artis yang beberapa kali main FTV itu.

Artis yang memutuskan berhijab itu mengakui dirinya bukan orang yang ahli dalam hal agama. Namun, baginya saling mengingatkan adalah kewajiban seorang muslim.
"Saya bukan orang yang udah bener banget sampai-sampai mau bicara tentang agama, nggak. Justru saya orang yang lagi belajar beragama Islam yang sepenuhnya.  Jangan mau orang Islam terpecah belah hanya karena kepentingan dan tujuan kita semata, karena inget aja sih, tujuan akhir dan udah pasti ialah kita akan mati," cetus ibu dari tiga orang anak itu.

"Ya itulah yang terjadi kalau kita setengah-setengah ngejalaninnya. Kalau kita memang belum bisa menjalankan 100% ajaran Islam setidaknya kita bisa menghargai dan menghormati para ulama yang menjadi tiang penjaga ilmu agama.  Jangan kita yang nggak paham jadi ikutan sotoy!" ujar Ratna.

Ia memiliki analogi yang cerdas tentang keberadaan MUI. "Analoginya misalkan kita sakit, pasti dateng ya ke dokter dong. Nah kalau dokter umum udah periksa dirujuk ke dokter spesialis pasti karena ada indikasinya, dan kalau misalkan ternyata sakitnya itu sakit gigi dikasih obat buat nyembuhin sakitnya. Tapi pas minum kita nggak mau sesuai dosisnya, karena pas minum ngantuk lah atau ada efek bawaan obatnya yang kita nggak suka. Trus yang disalahkan itu karena diresepin obat itu dan dokternya?" kata dia.

Padahal jelas-jelas, lanjutnya, yang salah kita sendiri karena minumnya suka-suka kita. Ia meminta jika ada yang melakukan kesalahan, salahkan oknumnya, bukan kitabnya atau agamanya apalagi Tuhannya.

"Saya sih orang awam masalah agama tapi saya sekadar mengajak umat Islam supaya bersatu dan tidak terpecah belah karena kepentingan dan tujuan masing-masing, supaya suara kita jadi berarti, sama halnya saya juga ngajak semua rakyat Indonesia bersatu dulu melihat tragedi kemanusiaan saudara kita di Aleppo agar bisa bersatu dan membantu mereka. Kemarin-kemarin pun saya termasuk yang tahu, tersentuh tapi tidak berbuat banyak. Mungkin ini lah guna sosmed buat saya agar bisa menyuarakan isi hati saya!" tegasnya. [Paramuda/BersamaDakwah]
Baca Juga